Pembangunan pertanian yang terencana dan terarah yang
sejak Pelita pertama tahun 1969, telah berhasil mengeluarkan Indonesia dari
pengimpor beras terbesar dunia menjadi negara yang mampu berswasembada beras
pada tahun 1984. Bahkan Indonesia di nobatkan sebagai Negara agraris, yaitu
sebagai Negara penghasil padi. Namun di balik keberhasilan tersebut,
akhir-akhir ini muncul gejala yang mengisyaratkan ketidakefisienan dalam penggunaan
sumber daya pupuk. Terutama pupuk kimia yang sebagian besar mangandung unsur N
(nitrogen) dan K (kalium).
Seperti yang kita ketahui, dalam tiga dasawarsa
terakhir ini petani Indonesia ketergantungan terhadap pupuk kimia.
Intensifikasi pupuk kimia mengakibatkan kejenuhan produksi pada daerah-daerah
penghasil padi. Selain dapat mengakibatkan pemborosan, Juga dapat menurunkan
efesiensi pupuk lainnya.
Penggunaan pupuk kimia dan pemberian nitrogen berlebih
dapat berdampak negatif terhadap lingkungan. Diantaranya dapat meningkatkan
gangguan hama dan penyakit akibat nutrisi yang tidak berimbang. Penggunaan
pupuk kimia yang berlebih, khususnya pupuk yang mengandung unsur kimia yang
mudah larut seperti nitrogen (N) dan kalium (K), dapat berakibat mencemarkan
tanah dan air. Karena itu perlu adanya upaya perbaikan agar penggunaan pupuk
dapat dilakukan seefisien mungkin dan ramah lingkungan.
Latar belakang ramah lingkungan itulah yang mendorong
para bioteknologi dalam menemukan pupuk organik yang mampu meningkatkan
efesiensi pupuk kimia. Selain itu efesiensi pupuk organik memberikan prospek
yang cerah bagi konsumen, produsen serta perekonomian nasional. Dan tentunya
ramah lingkungan.
Peningkatan produktifitas padi dengan intensifikasi
pupuk organik, rupanya menarik perhatian sebagian petani yang tergabung dalam
Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) SALUYU, yang berdomisili di desa tanjungsari,
kecamatan sukaresik, kabupaten tasikmalaya.
Di bawah pimpinan Ibu Siti Rohmat, Gapoktan Saluyu
yang terdiri dari 161 kelompok tani (POKTAN), selama beberapa tahun terakhir
ini berupaya mengefesiensikan penggunakan pupuk organic dalam rangka
peningkatan produktifitas padi.
Sehingga areal persawahan milik GAPOKTAN SALUYU seluas
112 hektar mampu menghasilkan padi sebanyak 784 ton dalam sekali panen. Setelah
sebelumnya mengintensifkan penggunaan pupuk organik dan tentunya selektif dalam
menggunakan bibit varietas unggulan.
Sehingga dapat dikalkulasikan dalam 1 hektar areal
persawahan mampu memproduksi 7 ton padi. Suatu kenaikan yang signifikan
mengingat pada umumnya dalam 1 hektar areal persawahan hanya mampu
memproduksi maksimal 5,6 ton padi, bila saja menggunakan pupuk kimia.
Efesiensi penggunaan pupuk organik dan bibit varietas
unggulan selain meningkatkan produktifitas, juga mampu meningkatkan kualitas
produk. Ini tentunya sangat menguntungkan bagi GAPOKTAN SALUYU, karena produk
mereka mampu menembus pasaran nasional bahkan pasar internasional, setelah
sebelumnya di tampung oleh koperasi kabupaten bernama KUD SIMPATIK, untuk
kemudian di pasokan di dalam daerah dan luar daerah seperti; bandung,Jakarta,
jawa tengah dan jawa timur, juga mampu di impor ke berbagai Negara seperti;
amerika, Vietnam, kamboja dan Bangladesh.
Inilah yang kemudian menarik perhatian menteri
pertanian sehingga beliau mengutus beberapa wakilnya untuk melakukan temuwicara
dan dialog dengan seluruh anggota GAPOKTAN SALUYU, pada hari senin, 5 april
2010 lalu. dan tentunya di hadiri pula para pejabat kabupaten dan pejabat
daerah setempat.
Selain itu meningkatnya produktifitas padi GAPOKTAN
SALUYU menarik investor asing untuk menginvestasikan dananya dalam rangka uji
coba penanaman padi beras merah dan beras hitam. Dan menjadi kebanggaan
tersendiri bagi GAPOKTAN SALUYU.
“tak jarang kami memanfaatkan kotoran sapi dan kotoran
hewan lainnya sebagai pupuk disamping pupuk organik kemasan” kata Ibu Siti
Rohmat, ketua GAPOKTAN SALUYU.
Di samping wawasan yang luas dan kemandirian,
dibutuhkan kreatifitas yang tinggi demi kemajuan. Setidaknya ini dapat
menjadi contoh bagi petani lainnya untuk mengintensifikasikan pupuk organik
agar produktifitas padi mereka optimal, selain turut menjaga kelestarian
lingkungan.
(ali nurdin/jono R)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar