Selasa, 11 September 2012

INTENSIFIKASI PUPUK ORGANIK OLEH GAPOKTAN SALUYU TINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI



Pembangunan pertanian yang terencana dan terarah yang sejak Pelita pertama tahun 1969, telah berhasil mengeluarkan Indonesia dari pengimpor beras terbesar dunia menjadi negara yang mampu berswasembada beras pada tahun 1984. Bahkan Indonesia di nobatkan sebagai Negara agraris, yaitu sebagai Negara penghasil padi. Namun di balik keberhasilan tersebut, akhir-akhir ini muncul gejala yang mengisyaratkan ketidakefisienan dalam penggunaan sumber daya pupuk. Terutama pupuk kimia yang sebagian besar mangandung unsur N (nitrogen) dan K (kalium).

Seperti yang kita ketahui, dalam tiga dasawarsa terakhir ini petani Indonesia ketergantungan terhadap pupuk kimia. Intensifikasi pupuk kimia mengakibatkan kejenuhan produksi pada daerah-daerah penghasil padi. Selain dapat mengakibatkan pemborosan, Juga dapat menurunkan efesiensi pupuk lainnya.

Penggunaan pupuk kimia dan pemberian nitrogen berlebih dapat berdampak negatif terhadap lingkungan. Diantaranya dapat meningkatkan gangguan hama dan penyakit akibat nutrisi yang tidak berimbang. Penggunaan pupuk kimia yang berlebih, khususnya pupuk yang mengandung unsur kimia yang mudah larut seperti nitrogen (N) dan kalium (K), dapat berakibat mencemarkan tanah dan air. Karena itu perlu adanya upaya perbaikan agar penggunaan pupuk dapat dilakukan seefisien mungkin dan ramah lingkungan.

Latar belakang ramah lingkungan itulah yang mendorong para bioteknologi dalam menemukan pupuk organik yang mampu meningkatkan efesiensi pupuk kimia. Selain itu efesiensi pupuk organik memberikan prospek yang cerah bagi konsumen, produsen serta perekonomian nasional. Dan tentunya ramah lingkungan.

Peningkatan produktifitas padi dengan intensifikasi pupuk organik, rupanya menarik perhatian sebagian petani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) SALUYU, yang berdomisili di desa tanjungsari, kecamatan sukaresik, kabupaten tasikmalaya. 

Di bawah pimpinan Ibu Siti Rohmat, Gapoktan Saluyu yang terdiri dari 161 kelompok tani (POKTAN), selama beberapa tahun terakhir ini berupaya mengefesiensikan penggunakan pupuk organic dalam rangka peningkatan produktifitas padi.

Sehingga areal persawahan milik GAPOKTAN SALUYU seluas 112 hektar mampu menghasilkan padi sebanyak 784 ton dalam sekali panen. Setelah sebelumnya mengintensifkan penggunaan pupuk organik dan tentunya selektif dalam menggunakan bibit varietas unggulan.

Sehingga dapat dikalkulasikan dalam 1 hektar areal persawahan mampu memproduksi 7 ton padi. Suatu kenaikan yang signifikan mengingat pada umumnya dalam 1 hektar areal  persawahan hanya mampu memproduksi maksimal 5,6 ton padi, bila saja menggunakan pupuk kimia.

Efesiensi penggunaan pupuk organik dan bibit varietas unggulan selain meningkatkan produktifitas, juga mampu meningkatkan kualitas produk. Ini tentunya sangat menguntungkan bagi GAPOKTAN SALUYU, karena produk mereka mampu menembus pasaran nasional bahkan pasar internasional, setelah sebelumnya di tampung oleh koperasi kabupaten bernama KUD SIMPATIK, untuk kemudian di pasokan di dalam daerah dan luar daerah seperti; bandung,Jakarta, jawa tengah dan jawa timur, juga mampu di impor ke berbagai Negara seperti; amerika, Vietnam, kamboja dan Bangladesh.

Inilah yang kemudian menarik perhatian menteri pertanian sehingga beliau mengutus beberapa wakilnya untuk melakukan temuwicara dan dialog dengan seluruh anggota GAPOKTAN SALUYU, pada hari senin, 5 april 2010 lalu. dan tentunya di hadiri pula para pejabat kabupaten dan pejabat daerah setempat.

Selain itu meningkatnya produktifitas padi GAPOKTAN SALUYU menarik investor asing untuk menginvestasikan dananya dalam rangka uji coba penanaman padi beras merah dan beras hitam. Dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi GAPOKTAN SALUYU.

“tak jarang kami memanfaatkan kotoran sapi dan kotoran hewan lainnya sebagai pupuk disamping pupuk organik kemasan” kata Ibu Siti Rohmat, ketua GAPOKTAN SALUYU.

Di samping wawasan yang luas dan kemandirian, dibutuhkan kreatifitas yang tinggi demi kemajuan.  Setidaknya ini dapat menjadi contoh bagi petani lainnya untuk mengintensifikasikan pupuk organik agar produktifitas padi mereka optimal, selain turut menjaga kelestarian lingkungan. 

 

 

(ali nurdin/jono R)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar