Tampak berjejer beberapa permainan tradisional sunda di rumah bpk. Ujang
Dede sutisna yang juga biasa di panggil “Bah Iket” yang beliau buat sendiri
seperti layang-layang, gasing, engrang, lodong, bebedilan, karinding dan lain
sebagainya. Di temani rekan beliau kang budi dan kang yayat, sesekali beliau
membuat beberapa permainan tradisional dan membagikan kepada anak-anak sekitar
dengan tujuan mensosialisasikan permainan tradisional dan menumbuhkan kecintaan
kepada anak-anak budaya sunda.
“ kini anak-anak mulai enggan memainkan permainan tradisional. Bahkan
sebagian tidak lagi mengenal permainan tradisional. Anak-anak mulai berpaling
pada permainan modern dan game player yang praktis, mudah diperoleh dan hanya
di lakukan oleh satu orang anak. Secara tidak langsung permainan modern dan
game player mengajarkan anak untuk bersikap individualis, hedonis dan
materialis” kata bapak 3 anak yang aktif di beberapa ormas tersebut.
“permainan tradisional lebih dari sekedar permainan anak-anak.
Didalamnya terbapat berbagai manfaat yang berguna untuk mengembangkan potensi
anak di antaranya mengembangkan kecerdasan intelektual, mengembangkan
kecerdasan emosional dan mengembangkan daya kreatifitas” lanjut beliau
Permainan tradisional mengajak anak-anak untuk belajar mengembangkan ide
kreatif, belajar berusaha dalam mendapatkan sesuatu serta mengajarkan anak-anak
memanfaatkan bahan-bahan di sekitar mereka. Masih banyak manfaat permainan
tradisional lainnya, seperti permainan bebentengan
yang di lakukan secara beregu. Permainan tersebut berupa permainan saling
mempertahankan wilayah sendiri dan berusaha merebut wilayah musuh. Permainan bebentengan mengajarkan kepada anak-anak
cara saling bekerja sama, mempertahankan teritori dengan trik-trik, saling bahu
membahu menjalankan strategi, saling mengatur, saling memahami satu sama lain
serta mengajarkan kepada anak-anak sifat-sifat kepemimpinan.
Kita juga mengenal layang-layang,
seorang anak yang membuat layang-layang secara tidak langsung mengembangkan
rasionalnya. Karena untuk membuat layang-layang tersebut seimbang seorang anak
harus menggunakan rasio dan intuisinya dalam menyerut buluh sehingga layang-layang
mudah di terbangkan dan di mainkan. Atau permainan gagarudaan yang mengajak
anak-anak mengolah memori, merangsang saraf motorik untuk mengingat kosakata
bahasa. Ada pula permainan mobil-mobilan dari kulit jeruk atau sabut kelapa
yang mengajarkan anak-anak untuk memanfaatkan bahan-bahan di sekitar mereka,
berhemat, serta mengolah kreatifitas. Masih banyak lagi permainan tradisional
lainnya dengan sejuta manfaat yang bisa di mainkan. Namun sayang, maraknya game
player dan permainan modern yang praktis yang kini makin di gemari anak-anak
membuat permainan tradisional kian tersingkir.
“ permainan tradisional bukan sekedar permainan yang bertujuan menghibur
anak-anak, tapi juga bersifat mendidik serta berfungsi membantu anak-anak dalam
membentuk karakter. Selain itu permainan tradisional menanamkan rasa
nasionalisme dan patriotik. Saya rasa bukan hal yang berlebihan jika permainan tradisional
di masukan sebagai muatan lokal di sekolah dasar.dalam rangka menanamkan
kecintaan terhadap budaya bangsa yang mulai pudar serta membentuk kepribadian
yang idealis dan nasionalis sejak dini. Karena sekolah dasar adalah tahap awal
pendidikan anak dan pembentukan karakter seorang anak kelak. Agar permainan
yang asli warisan leluhur tersebut tidak di lupakan begitu saja. Selain itu
dengan mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anak adalah tahapan awal
untuk menumbuhkan spirit dalam diri anak-anak untuk mencintai dan mengenal
budaya bangsa” seru Bpk.Ujang Dede Sutisna di akhir pertemuannya dengan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar